,.
Showing posts with label Assesment. Show all posts
Showing posts with label Assesment. Show all posts

Tuesday, March 26, 2013

VALIDITAS

 
VALIDITAS

A.    Pendahuluan
Tes merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang dianggap mampu memfasilitasi kebutuhan orang-orang di bidang pendidikan tentang perangkat atau alat yang mampu memberi gambaran tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk mendapatkan suatu gambaran yang akurat, relevan dan sesuai dengan data yang sesungguhnya terjadi di lapangan membutuhkan tes yang berkualitas, oleh karena itu dibutuhkan analisis kualitas tes guna menciptakan kualitas tes yang benar-benar mampu melaksanakan tugasnya sebagai alat evaluasi.

Analisis kualitas tes merupakan  suatu tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik tes secara keseluruhan maupun butir  soal yang menjadi bagian dari tes tersebut. Analisis kualitas tes digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah tes sebagai alat ukur benar-benar mampu mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur dan apakah tes tersebut dapat diandalkan dan berguna bagi dunia pendidikan. Dalam praktik evaluasi di berbagai sekolah, seringkali guru mengacuhkan dengan kualitas suatu tes. Artinya, apakah suatu tes termasuk baik atau tidak, guru tidak mau tahu, yang terpenting bagi guru adalah tersedianya perangkat tes untuk melaksanakan penilaian. Beberapa guru mengambil soal dari buku-buku pelajaran atau dari kumpulan soal. Padahal, soal-soal tersebut belum diketahui tingkat kebaikannya.

Para ahli banyak mengemukakan tentang alat ukur yang dapat diandalkan tersebut. R.L. Thorndike, dan H.P. Hagen (dalam Arifin, 2009 : 246) mengemukakan 
“there are many specific considerations entering into the evaluation of a test, but we shall consider them... under three main headings. These are, respectively, validity, reliability, and practicality”.
Di dalam pernyataan tersebut dijelaskan bahwa terdapat banyak pertimbangan-pertimbangan tertentu yang masuk ke dalam evaluasi tes. Diantaranya adalah secara berturut-turut adalah validitas, reliabilitas dan kepraktisan. Namun, dalam makalah ini hanya akan dibatasi pada satu hal saja yang dikupas secara tuntas yaitu mengenai validitas.

B.     Pengertian Validitas
Validitas berasal dari kata “validity” yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Kata “valid” sering diartikan tepat, benar, shahih, abash. Sehingga validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan atau keabsahan. Sebuah tes dapat disebut valid apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara shahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain sebuah tes dikatakan telah memiliki “validitas” apabila tes tersebut    dengan secara tepat, benar, shahih atau absah telah dapat mengungkap atau mengukur apa yang seharusnya diungkap atau diukur lewat tes tersebut.

Tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila tes hasil belajar tersebut (sebagai alat pengukur keberhasilan belajar peserta didik) dengan secara tepat, benar, shahih atau absah telah dapat mengukur atau mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik, setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Suatu tes dapat memiliki validitas yang bertingkat-tingkat: tinggi, sedang, rendah, bergantung pada tujuannya (Sudijono, 2009: 93)

Validitas (kesahihan) adalah kualitas yang menunjukkan hubungan antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku. Menurut Cronbach dalam Purwanto “how well a test or evaluative technique does the job that it is employed to do”. (Purwanto, 2010: 137-138). Selain itu, menurut Gay dalam Sukardi (2012: 121) bahwa validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Suatu instrument dikatakan valid jika instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur.

1.      Teknik Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar
Menurut Sudijono (2009: 163), penganalisisan tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) validitas tes secara rasional dan (b) validitas tes secara empirik.Sehubungan dengan itu ada teknik pengujian validitas tes hasil belajar yaitu:

a.      Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar Secara Rasional
Validitas rasional merupakan validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berpikir secara logis (Sudijono, 2006 : 164). Suatu tes dikatakan telah memiliki validitas rasional jika setelah dilakukan penganalisisan secara rasional tes tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Sudijono (2011 : 164), untuk mengetahui validitas rasional dapat ditelusuri dari dua segi yaitu dari segi isi (content validity) dan dari segi susunan (construct validity).

i.     Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, yaitu sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang akan diteskan (Sudijono, 2009: 164).

Oleh karena materi yang diajarkan itu pada umumnya tertuang dalam Garis–Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang merupakan penjabaran dari kurikulum yang telah ditentukan, maka validitas isi yang sedang kita bicarakan ini juga sering disebut validitas kurikuler. Dalam praktek, validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar, dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan untuk masing–masing pelajaran; apakah hal–hal yang tercantum dalam tujuan instruksional khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut ataukah belum. Jika penganalisisan secara rasional itu menunjukkan hasil yang membenarkan tentang telah tercerminnya tujuan instruksional khusus itu di dalam tes hasil belajar, maka tes hasil belajar yang sedang diuji validitas isinya itu dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki validitas isi.

Upaya lain yang dapat ditempuh dalam rangka mengetahui validitas isi dari tes hasil belajar adalah dengan jalan menyelenggarakan diskusi panel. Dalam forum diskusi tersebut, para pakar yang dipandang memiliki keahlian yang ada hubungannya dengan mata pelajaran yang diujikan, diminta pendapat dan rekomendasinya terhadap isi atau materi yang terkandung dalam tes hasil belajar yang bersangkutan. Hasil–hasil diskusi itu selanjutnya dijadikan pedoman atau bahan acuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan isi atau materi tes hasil belajar tersebut. Jadi kegiatan menganalisis validitas isi dapat dilakukan baik sesudah maupun sebelum tes hasil belajar dilaksanakan (Sudijono: 165)

ii.   Validitas Konstruksi (Construct Validity)
Secara etimologis, kata “konstruksi”mengandung arti susunan, kerangka atau rekaan. Validitas konstruksi dapat diartikan sebagai validitas yang ditilik dari segi susunan, kerangka atau rekaannya. Adapun secara etimologis, suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruk apabila hasil tes belajar tersebut – ditinjau dari segi susunan, kerangka, atau rekaannya – telah dapat dengan secara tepat mencerminkan suatu kontruksi dalam teori psikologis. Tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas konstruk apabila butir-butir soal atau item yang membangun tes tersebut benar-benar telah mengukur aspek-aspek berpikir (kognitif, afektif, psikomotorik) sebagaimana telah ditentukan dalam tujuan instruksional khusus.

Validitas konstruk dari suatu tes hasil belajar dapat dilakukan penganalisisan dengan jalan melakukan pencocokan antara aspek-aspek berpikir yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut, dengan aspek-aspek berpikir yang dikehendaki untuk diungkap oleh tujuan instruksional.

b.      Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar Secara Empirik
Validitas empiris adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik atau yang diperoleh dari pengamatan di  lapangan (Sudijono, 2009: 167). Validitas empiris biasanya menggunakan teknik statistic, yaitu analisis korelasi. Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dengan suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolak ukur di luar tes yang bersangkutan. Namun kriteria itu harus relevan dengan apa yang akan diukur. Validitas empiris disebut juga validitas yang dihubungkan  dengan kriteria (criterion-related validity) (Arifin, 2009: 249).

Ada dua macam validitas empiris, yaitu:
i.        Validitas Ramalan/Prediktif (predictive validity)
Validitas ramalan dari suatu tes adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang (Sudijono, 2009: 168).

Validitas prediktif adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Atau dengan kata lain untuk melihat sampai mana suatu tes dapat meramalkan prestasi belajar peserta didik di masa yang akan datang. (Arifin, 2009: 249).

Sebagai contoh adalah tes seleksi penerimaan mahasiswa baru merupakan suatu tes yang diharapkan mampu meramalkan keberhasilan studi para calon mahasiswa dalam mengikuti program pendidikan diperguruan tinggi yang bersangkutan di masa-masa yang akan dating.

Untuk mengetahui apakah suatu tes memiliki validitas ramalan / belum, dapat ditempuh dengan cara mencari korelasi antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya dengan kriteria yang telah ada. Jika diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif yang signifikan, maka tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya itu, dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki daya ramal yang tepat, artinya apa yang telah diramalkan, betul-betul telah terjadi secara nyata dalam praktik.

ii.      Validitas Konkuren (concurrent validity)
Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas konkuren atau bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama dan tes berikutnya. Validitas bandingan sering pula disebut dengan validitas sama saat, validitas pengalaman, dan validitas ada sekarang.

Dalam angka menguji validitas bandingan, data yang mencerminkan pengalaman yang diperoleh pada masa lalu ini, kita bandingkan dengan data hasil tes yang diperoleh sekarang ini. jika tes yang ada sekarang ini mempunyai hubungan searah dengan hasil tes berdasarkan pengalaman yang lalu, maka tes yang memiliki karakteristik seperti itu dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan.
Seperti halnya validitas ramalan, maka untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang searah antara tes pertama dan tes berikutnya, dapat digunakan teknik analisis korelasional product moment dari Karl Pearson. Jika korelasi antara variabel X (tes pertama) dan variabel Y (tes berikutnya) adalah positif dan signifikan, maka tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang memiliki validitas bandingan.

Selanjut nya dapat dilihat pada makalah validitas

Tuesday, March 5, 2013

NON TES




NON TES

A.    Pendahuluan

Kegiatan mengukur atau melakukan pengukuran adalah merupakan kegiatan yang paling umum dilakukan dan merupakan tindakan yang mengawali kegiatan evaluasi dalam penilaian apapun, termasuk di dalamnya adalah evaluasi hasil belajar. Tekhnik evaluasi disebut juga instrumen atau alat pengumpul data hasil belajar, tidak hanya tertuang dalam bentuk tes dengan berbagai bentuk atau variasinya, akan tetapi masih ada teknik lainya yang bisa digunakan, yaitu teknik non tes (Sujana, 2006: 173). Dalam dunia pendidikan, instrumen untuk mengevaluasi siswa, proses pembelajaran maupun program lain terkait dengan pendidikan bukan hanya menggunakan teknik tes saja melainkan juga dengan teknik non-tes.

Para ahli berpendapat bahwa dalam melakukan evaluasi pembelajaran, kita dapat menggunakan teknik tes dan nontes, sebab hasil belajar atau pembelajaran bersifat aneka ragam. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan  teoritis, keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan. Adapun perubahan sikap dan petumbuhan anak dalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik nontes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap, dan lain-lain. Dengan kata lain, banyak proses dan hasil belajar yang hanya dapat diukur dengan teknik non tes (Arifin, 2012: 181)

Di dalam makalah ini akan dibahas sedikit mengenai non tes setelah pada pertemuan sebelum nya membahas mengenai tes yang merupakan bagian dari teknik evaluasi.

B.     Pengertian Non Tes
Dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca indra (Widiyoko : 2009).

Teknik non tes merupakan salah satu teknik evaluasi program dalam bidang pendidikan yang tujuannya untuk menilai atau mengevaluasi program yang akan, sedang atau telah dilaksanakan yang dilakukan dengan cara pengamatan yang sistematis (observasi), melakukan wawancara (interview), menyebar angket (quistionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis), dan juga dapat dilakukan dengan teknik skala nilai, teknik evaluasi partisipatif, studi kasus, sosiometri dan lain sebagainya.

Teknik non-tes memegang peranan penting dalam mengevaluasi dari segi ranah sikap hidup (affective domain), dan ranah keterampilan (psychomotoric domain) (Sudijono, 2011: 76). Berikut ini penjelasan-penjelasan mengenai jenis-jenis non tes.

1.      Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, di halaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain (Sudijono, 2011: 76).
a.   Jenis-Jenis Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1)      Observasi partisipatif dan non partisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka (Djaali & Muljono, 2008: 17). Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi non partisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain di dalam kegiatan siswa
2)      Observasi sistematis dan observasi non sitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati sedangkan observasi non sistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati (Sugiyono, 2011: 78).
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mengamati anak-anak berdiskusi memecahkan matematika. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan keaktifan. Kemudian kategori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam berdiskusi. Kalau observasi non sistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori di atas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang berdiskusi.
3)      Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara non partisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.

b.   Kerangka kerja observasi dibedakan menjadi dua jenis.
1) Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan  terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
2) Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri (Arifin, 2012: 183).
c.    Teknis pelaksanaan observasi dibedakan melalui tiga cara.
1) Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
2) Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
3) Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti (Arifin, 2012: 184)

d.   Karakteristik-karakteristik observasi, antara lain:
1)      Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
2)      Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional.
3)      Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
4)      Praktis penggunaannya.
(Arifin, 2012: 183)

e.    Langkah-langkah penyusunan pedoman observasi
1)      Merumuskan tujuan observasi
2)      Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
3)      Menyusun pedoman observasi
4)      Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran
5)    Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi
6)      Merifisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
7)      Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
8)      Mengolah dan menafsirkan hasil observasi

f.    Kelebihan-kelebihan observasi.
1)      Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.
2)      Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.
3)      Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi.
4)      Tidak terikat dengan laporan pribadi.

g.   Kekurangan observasi
1)      Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.
2)      Biasanya masalah pribadi sulit diamati.
3)      Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
(Arifin, 2012: 185)
Selanjutnya dapat dilihat pada makalah Teknik Non Tes

Tuesday, February 26, 2013

Teknik Tes


TES
 
A. Latar Belakang
Sejak jaman dahulu, pada dasarnya merupakan suatu kenyataan bahwa manusia berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya. Di dunia ini tidak ada manusia yang memiliki kesamaan baik dari segi segi fisik, sifat/karakter maupun psikisnya. Hal itu merupakan salah satu bukti kebesaran Tuhan Sang Pencipta agar kita sebagai makhluk nya selalu memuliakan dan berbakti kepadanya.

Sehubungan dengan adanya perbedaan-perbedaan antara individu di dunia ini, maka perlu diciptakan alat untuk mendiagnosis atau mengukur keadaan individu, dan alat pengukur itulah yang lazim disebut tes. Dengan alat pengukur berupa tes tersebut maka orang akan berhasil mengetahui adanya perbedaan antar individu. Karena adanya aspek psikis yang berbeda-beda yang dapat membedakan individu yang satu dengan individu yang lain, maka kemudian timbul pula bermacam-macam tes (Sudijono, 2005: 65).

Di dalam makalah ini akan dibahas sedikit mengenai tes setelah pada pertemuan sebelum nya membahasa mengenai pengukuran, penilaian dan evaluasi. Tes disini berkaitan dengan sub materi evaluasi di mana tes merupakan bagian dari teknik evaluasi. Saya akan menyajikan akan disajikan beberapa hal tentang teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan dalam penilaian terhadap anak didik, baik itu tentang kemampuan belajar, sikap, keterampilan, sifat, bakat, minat dan kepribadian.
 
B. Pengertian Tes
Secara harfiah kata “test” berasal dari kata bahasa prancis kuno: testum yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia (menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam yang nilai  nya sangat tinggi), dalam bahasa Inggris ditulis dengan “test” yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang berarti tes, ujian atau percobaan.
Istilah yang memerlukan penjelasan-penjelasan berkaitan dengan uraian di atas adalah test, testing, tester dan testee.
1. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian
2. Testing berarti saat dilaksanakannya pengukuran dan penilaian atau saat pengambilan tes
3. Tester artinya orang yang melaksanakan tes atau orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden
4. Testee adalah pihak yang sedang dikenai tes.
(Sudijono, 2005: 66).
 
Dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya  yang berjudul Psychological Testing, test adalah alat pengukur yang mempunyai standar obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat digunakan dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Menurut  Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing, tes merupakan suatu perosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih.  Sedangkan menurut F.L. Geodenough, tes adalah suatu rangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dengan maksud untuk membandingkan antara satu dengan yang lain (Sudijono, 2005: 66).
 
Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa tes adalah cara yang dapat digunakan atau prosedur yang dapat ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian yang dapat berbetuk pemberian tugas, atau serangkaian tugas sehingga dapat dihasilkan nilai yang dapat melambangkan prestasi (Sudijono, 2005: 67).
 
Menurut Webster’s Collegiate (dalam Daryanto, 2007: 35) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Menurut Norman dalam Djaali dan Muljono (2008: 7), tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru.
 
Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Sedangkan di dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Daring, tes berarti ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang.
 
1.    Fungsi tes
Fungsi-fungsi tes dari beberapa sumber mengatakan sebagai berikut.
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hal ini test berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, karena melalui test tersebut dapat diketahui seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dicapai (Sudijono, 2005: 67).
c. Sebagai motivator dalam pembelajaran.
Tes dianggap sebagai motivator ekstrinsik, yaitu siswa akan belajar lebih giat dan berusaha lebih keras untuk memperoleh nilai dan prestasi yang baik.
d. Sebagai upaya dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran.
(Djaali dan Muljono, 2008)
 
2.    Penggolongan Tes.
Sebagai alat ukur, tes dapat dibedakan berdasarkan beberapa jenis/golongan dari segi mana/dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan. Menurut Sudijono (2005: 68-75), ada beberapa penggolongan tes diantaranya.
1. Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat ukur perkembangan/kemajuan peserta didik, maka dapat dibedakan menjadi 6 macam sebagai berikut.
a. Tes Seleksi, sering dikenal dengan istilah saringan atau ujian masuk.
Tes seleksi digunakan untuk memilih atau menyeleksi siswa yang terbaik dari semua peserta tes, materinya berupa materi prasyarat untuk mengikuti program pendidikan yang akan diikuti oleh calon siswa. Tes seleksi dapat dilakukan secara lisan, secara tertulis, dengan tes perbuatan, dan dapat juga ketiganya dikombinasikan secara serempak.
b. Tes Awal, sering dikenal dengan istilah Pre-test.
Tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada calon peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh siswa.
c. Tes Akhir, sering dikenal dengan istilah post-test.
Tes akhir dilaksanakan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya. Pada dasarnya materi pre-test sama dengan materi post-test.
d. Tes Diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.
e.  Tes Formatif
Merupakan tes hasil belajar yang bertujuan unuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah terbentuk setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Formatif berasal dari kata form yang berarti bentuk. Tes formatif bisa dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan dan dikenal dengan istilah ulangan harian.
f.  Tes Sumatif
Merupakan tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran telah diberikan. Tes sumatif dilaksanakan dengan tujuan utama untuk menentukan nilai yang menjadi lambang keberhasilan siswa setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Di sekolah, tes ini dikenal dengan istilah ulangan umum semester, ujian akhir nasional
 
2. Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis diantaranya :
a. Tes intelegensi (intellegency test)
Merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan atau memprediksi kecerdasan seseorang.
b. Tes kemampuan (aptitude test)
Merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
c. Tes sikap (attitude test)
Merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu.
d. Tes kepribadian (personality test)
Merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkapkan dengan ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriyah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi, bentuk tubuh, cara bergaul, cara mengatasi masalah, kesenangan, dan lain sebagainya.
e. Tes hasil belajar (achievement test)
Merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran atau prestasi belajar.

Selanjutnya dapat didownload pada link berikut.
download Makalah Tes

Tuesday, February 19, 2013

HAKIKAT Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi


HAKIKAT EVALUASI

A.    PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita mendengar dan menggunakan istilah “pengukuran”, “penilaian”, dan “evaluasi”. Tetapi secara pasti kita belum mengetahui secara benar megenai pengertian dari istilah-istilah tersebut dan kadang kita mengalami kebingungan dalam memahami dan menggunakan ketiga istilah tersebut. Hal ini bisa diterima karena diantara ketiga hal tersebut saling mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya. Selain itu, ketiga hal tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan dapat berguna bagi para siswa-siswi, pendidik, akademisi, dan para pembuat kebijakan baik lokal, nasional, maupun internasional. Siswa-siswi dan pendidik menggunakan hasil tersebut untuk memandu kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Bagi akademisi menggunakannya untuk membantu dalam mengadakan seleksi para staff atau siswa-siswi baru. Sedangkan bagi para pembuat kebijakan, menggunakan hasil tersebut untuk mengevaluasi efisiensi sistem pendidikan mereka (Osman, 2003 : 26)
B.    Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
I.    Pengukuran
pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu (Sudijono 2011:4). Pengukuran tidak menggunakan pertimbangan mengenai baik buruknya atau nilai, tetapi hanya menghasilkan data kuantitatif dari sesuatu yang diukur. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi dalam Djaali (2008:3) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran selama kurun waktu tertentu.
Proses ini dapat dilakukan dengan mengamati kinerja, mendengarkan yang dikatakan siswa serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui sesuatu yang telah dilakukan siswa.
Beberapa objek pengukuran dalam bidang pendidikan antara lain:
a. Prestasi atau hasil belajar siswa
Prestasi atau hasil belajar siswa diukur menggunakan tes.
b. Sikap
Sikap diukur dengan instrument skala sikap seperti yang dikembangkan oleh Likert, semantik diferensial, skala Thurstone.
c. Motivasi
Motivasi diukur dengan instrument berbentuk skala yang dikembangkan dari teori-teori motivasi.
d. Intelegensi
Intelegensi diukur dengan menggunakan tes intelegensi seperti tes Stanford Binet, tes Binet Simon, tes Wechsler, dan tes intelegensi multiple.
e. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan dari teori emosional.
f. Minat
Minat diukur dengan menggunakan instrumen minat.
g. Kepribadian
Kepribadian diukur menggunakan tes kepribadian seperti Q-sort dan lain-lain.
Djaali (2008 : 4).
II.     Penilaian
Pengertian-pengertian penilaian menurut beberapa para ahli
1.    Menurut PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I pasal 1 ayat 17 dikemukakan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur hasil pencapaian peserta didik. Dalam sistem evaluasi hasil belajar, penilaian merupakan langkah lanjutan setelah dilakukan pengukuran.
2.    Menurut Mardapi (1999:8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau  mendeskripsikan hasil pengukuran. Penilaian dilakukan setelah siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada tes. Hasil jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai.
3.    Grondlund dalam Suwito (2011) mengungkapkan bahwa penilaian merupakan deskripsi kualitatif dari tingkah laku siswa baik yang didasarkan pada hasil pengukuran (tes) maupun bukan hasil pengukuran (nontes: catatan anekdot, observasi, wawancara dan lain-lain). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan istilah yang tepat untuk menilai sebuah proses hasil pengukuran atau keputusan tentang nilai.
(Bimpome, 2011:5)
Prinsip-prinsip dalam melakukan penilaian sebagai berikut.
1. Prinsip keseluruhan (integritas); prinsip ini menghendaki bahwa suatu penilaian harus mempertimbangkan seluruh aspek yang berhubungan dengan pribadi siswa atau objek yang akan dinilai.
2. Prinsip berkesinambungan (kontinuitas); menurut prinsip ini penilaian merupakan  proses yang terus menerus.
3. Prinsip kesesuaian (objektivitas); penilaian yang baik harus didasarkan atas kenyataan yang sebenarnya dan sesuai dengan kenyataan yang terdapat pada siswa.

III.     Evaluasi
Beberapa pengertian evaluasi menurut pendapat para ahli adalah sebagai berikut.
1. Suharsimi Arikunto (2003:1), evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
2. Worthen dam Sanders, evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga. Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu (Bimpome, 2011:2).
3. Sufflebeam dalam Worthen dan Sanders, evaluation is process of delineating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatives. Seperti pada pengertian diatas, evaluasi ada beberapa unsur yang dapat diperhatikan yaitu : adanya sebuah proses (process), perolehan (obtaining),  penggambaran (delineating), penyediaan (providing), informasi yang berguna (useful information) dan alternatif keputusan (decision alternatives) (Bimpome, 2011:2).
4. Norman E. Grounloud; evaluasi adalah suatu proses yang sitematik dan berkesinambungan untuk mengetahui efisiensi kegiatan belajar mengajar dan efektifitas dari dari pencapaian tujuan instruksi yang telah ditetapkan.
5. Menurut Sudijono dalam Djaali (2008 : 2) evaluasi pada dasarnya merupakan penafsiran atau interpretasi yang bersumber pada data kuantitatif, sedang data kuantitatif merupakan hasil dari pengukuran.
6. Menurut UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat 21, dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penetapan, dan penjaminan mutu terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan pendidikan.

Mengenai makalah lengkap materi ini silahkan download makalah

Tuesday, February 12, 2013

Assesment in Mathematics Education


Assesment in Mathematics Education merupakan salah satu mata kuliah pada Mahasiswa Impome 2012 di Universitas Sriwijaya yang hampir sama dengan Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Mata kuliah ini diampu oleh Prof. Dr. Zulkardi dan Dr. Ratu Ilma I.P., M.Si sebanyak 3 SKS.

Diskripsi  Mata  Kuliah
Mata kuliah ini membahas mengenai berbagai macam strategi belajar mengajar dalam pendidikan matematika mulai dari hal-hal terkait penilaian, pengukuran, evaluasi, jenis- jenis penilaian yang terdiri dari tes maupun non tes, validitas, reliabilitas, efek potensial, kepraktisan. Selain itu, mata kuliah ini dihubungkan dengan kurikulum yang berlaku serta membahas berbagai teknik evaluasi dan pengembangan bentuk alat-alat evaluasi kemampuan matematika. Topik-topik yang dibahas antara lain meliputi beberapa pendekatan pengajaran matematika, teori belajar mengajar dan penerapannya pada pokok bahasan tertentu,serta simulasi pengajaran matematika, berbagai teknik evaluasi dan pengembangan alat evaluasi.

Tujuan Mata  Kuliah
sesuai dengan apa yang tertera dalam buku pedoman mahasiswa Pascasarjana Unsri, setelah menempuh mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan:

-    Memahami berbagai macam pendekatan pengajaran dalam pendidikan matematika;
-    Memahami teori belajar dan mampu menerapkan pada pokokbahasan tertentu;
-    Mampu menstimulasi  pengajaran matematika;
-    Mampu  memahami berbagai teknik evaluasi;
-    Mampu mengembangkan alat evaluasi.
Berikut  ini mengenai jadwal rencana setiap bahasan tiap pertemuan perkuliahan tersebut pada semester 2 tahun 2013
No.
Pokok Bahasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Hakikat evaluasi
Tes
Non Tes
Validasi
Reliabilitas, kepraktisan, efek potensial
Problem solving
Open Ended
PISA
TIMMS
UTS
Pembuatan instrumen
Pembuatan instrumen
Pembuatan instrumen
Uji lapangan
Uji lapangan
Uji Lapangan
Laporan
UAS


Demikianlah diskripsi singkat mengenai perkuliahan Assesment in Mathematics Education untuk mahasiswa Impome 2012 di Universitas Sriwijaya. 
Mengenai makalah dan literatur-literatur dari mata kuliah ini akan dipaparkan pada bentuk pertemuan-pertemuan yang sudah berbentuk file PDF.
Semoga bisa membantu dan bermanfaat, terima kasih

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Iptek-4u - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons