,.

Friday, November 21, 2014

Pembelajaran Kurikulum 2013 Tematik Integratif Kelas 4 SD dengan Tema Selalu Berhemat Energi

Setelah pada posting kemarin tentang pembelajaran kurikulum 2013 tematik integratif kelas 4 dengan tema “selalu berhemat energi”. Berikut ini saya akan memberikan sedikit sumbangsih dari teman saya yang lainnya. Jika sekiranya para pembaca belum menemukan blog teman saya, saya akan memposting RPP dan LAS yang telah dibuat oleh teman saya. Hehehehe, peace, :D. Saya telah sepakat dengan teman-teman satu kuliah dahulu untuk membantu saling membagi informasi yang bermanfaat bagi para pembaca dengan menyertakan sumber aslinya, :D yang semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Berikut ini contoh lain dari RPP dan LAS yang lain dari kelas 4 dengan tema yang sama pada mata pelajaran yang sama yaitu matematika dan IPA yaitu “Selalu Berhemat Energi” dengan subtema “Pemanfaatan Energi”. Sebagai bentuk lain untuk para pembaca agar mempunyai alternatif lain dalam mengajar di kelas. Berikut ini RPP dan Lembar Aktivitas Siswa yang bisa didownload.

Download RPP Pembelajaran

Download LAS Pembelajaran

Silahkan mengunjungi blog teman saya yang terdapat file terdapat di sini

Thursday, November 20, 2014

Pembelajaran Kurikulum 2013 Tematik Integratif Kelas 4 SD (Tema : Selalu Berhemat Energi)

“Salah satu sumber energi yang ada banyak digunakan di sekitar kita adalah listrik. Ayo kita cari tahu bagaimana manfaat listrik bagi kehidupan kita”.
atau
“Jika tiga lampu itu digunakan selama 24 jam, berapa killo watt jam (kWh) total daya
yang digunakan ketiga lampu tersebut? (1 kWh = 1.000 wattjam)”
Dua kalimat diatas merupakan beberapa kalimat di dalam buku SD kelas IV Kurikulum 2013 dengan tema 2 “Selalu Berhemat Energi”.

Nah, pada tulisan sebelum nya saya memberikan contoh tentang desain pembelajaran kurikulum 2013 tematik integrative pada kelas 2 SD. Pada bagian tulisan ini saya akan menshare tentang desain pembelajaran kurikulum 2013 tentunya tematik integrative pada kelas IV SD semester 2 pada tema di atas yang telah disebut. Pada desain pembelajaran kali ini, menggabungkan mata pelajaran Matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia.

Pada mata pelajaran Matematika ini, saya menggunakan KD 3.4, 3.7 dan 4.1 dengan fokus pada KPK. Sedangkan KD pada Bahasa Indonesia folus pada KD 3.1 dimana siswa menggali informasi dari teks laporan sedangkan untuk pelajaran IPA, siswa-siswi akan fokus pada KD 3.4 dan 4.6 terkait bentuk energy dan pemanfaatanya dalam kehidupan sehari-hari.

Nah, berikut ini untuk lebih jelas nya mengenai RPP dan LKS dapat didownload di bawah ini:
Download RPP Pembelajaran KPK
Download LAS Pembelajaran KPK 

Hehehe, ada yang terlupa. Untuk materi RPP dan LAS di atas merupakan milik teman saya yang ada di http://ummysalmah.wordpress.com/. Silahkan berkunjung untuk melihat nya lebih lengkap.
Semoga bermanfaat untuk para pembaca, :).

Wednesday, November 19, 2014

Pembelajaran Kurikulum 2013 Tematik Integratif Kelas II SD (Matematika, Seni Budaya dan Prakarya dan Bahasa Indonesia)

Kurikulum 2013 telah berjalan hampir 1 tahun ini baik di SD/MI, SMP/MTS maupun SMA/SMK/MA. Seiring dengan perjalanan kurikulum yang baru ini, disusul pula dengan kementerian dengan nama dan orang yang baru. Ditengah hal itu pun juga ada kecemasan dari para pendidik akan perjalanan dari Kurikulum 2013 ini. Nah, biarlah Kurikulum ini diperbaiki dan direvisi oleh pemerintah yang baru. Selanjutnya, tugas para guru / para pendidik untuk dapat menyiapkan materi ajar nya dengan baik.

Pada tahun 2013 telah dijalankan Kurikulum 2013 untuk SD-SD tertentu dan masih berjalan secara bertahap yaitu kelas 1 dan kelas 4. Selanjutnya pada tahun 2014 ini pemerintah berusaha untuk menjalankan pada SD-SD secara merata untuk di daerah Indonesia walau masih belum semuanya.

Di dalam tulisan ini penulis menshare desain pembelajaran Kurikulum 2013 pada kelas II SD / MI dengan tema "Bermain di Lingkungan ku" yang penulis ambil dari draf Kompetensi Dasar (KD) SD / MI yang disusun oleh Kemendikbud 2013. Desain ini penulis susun berdasarkan pengalaman penulis dalam mempelajari dan mempraktikkan kurikulum 2013 pada tahun kemarin.

Di dalam Desain pembelajaran ini, terdapat RPP, LAS, Lembar Jawab LAS, dan Lembar Penilaian yang berisi dari mata pelajaran Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, serta Bahasa Indonesia. Penulis mengambil kompetensi dasar pada pelajaran Matematika yaitu 3.5 Mengetahui ukuran panjang dan berat benda, jarak suatu tempat di kehidupan sehari-hari di rumah, sekolah dan tempat bermain mengunakan satuan tidak baku dan satuan baku. Dengan kompetensi ini, penulis fokus tujuan dimana siswa dapat membandingkan panjang. Sedangkan KD pada mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 2.2 Memiliki perilaku santun dan jujur dalam hal kegiatan dan bermain di lingkungan melalui pemanfaatan bahasa Indonesia dan atau bahasa dengan fokus pada tujuan siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan perilaku santun dan jujur melalui permainan di dalam kegiatan berkelompok. Selanjutnya KD pada mata pelajaran Seni Budaya & Prakarya yaitu KD 3.1. Mengenal seni budaya  daerah beserta bahan, alat dan fungsinya dalam membuat karya seni budaya dan prakarya dengan tujuan supaya siswa dapat menyebutkan bahan, alat dan fungsinya dari permainan yang digunakan sebagai budaya dan prakarya. Di dalam tulisan ini pula, penulis memberikan video pembelajaran sebagai salah satu bentuk pembelajaran pada waktu dahulu mempraktekan desain pembelajaran dengan KD diatas.



Penulis menyadari kekurangan yang ada di dalam desain pembelajaran ini sehingga para pembaca pun diharapkan dapat mengembangkan sendiri materi ini. Para pembaca pun dapat mengembangkan dengan mengganti salah satu pelajaran di atas dengan pelajaran PPKn atau dengan pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PENJASORKES). Saya, sebagai penulis juga menerima kritik dan saran guna memperbaiki desain pembelajaran ini. Terima kasih atas waktu nya

Wednesday, January 8, 2014

Ada Apa Dengan Kurikulum 2013, PMRI dan PISA 2012? (Menuju Pembentukan Karakter Yang Lebih Baik, Bukan Pada Pembunuhan Karakter!!!)

Penulis saat sebagai pengisi dalam workshop Desain Pembelajaran Kurikulum 2013 dan PMRI pada KKG Guru MI Kemenag Kota Palembang Desember 2013

Apakah yang menjadi tambahan / perbedaan dalam kurikulum 2013 di SD / MI saat ini dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
Hal ini merupakan salah satu pertanyaan yang sering terfikirkan oleh guru, pengamat dan pemerhati pendidikan melihat begitu genjar nya usaha pemerintah dalam mensosialisasikan kurikulum 2013 mulai dari tingkat SD / MI.

Sekilas seperti yang tercantum pada penjelasan di Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Tentang Kurikulum 2013, menyebutkan bahwa kurikulum 2013 di SD/MI lebih mengutamakan keseimbangan antara soft skils dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap / afektif, ketrampilan / psikomotorik, dan pengetahuan / kognitif. Pada kurikulum 2013, pembelajaran tematik integratif diberlakukan di seluruh kelas di SD. Perubahan paling mendasar pada pembelajaran tematik integratif adalah perubahan model interaksi guru dan siswa pada proses pembelajaran. Pembelajaran menfasilitasi siswa untuk banyak bertanya, menemukan masalah-masalah dan mencari pemecahannya, peran aktif siswa yang lebih ditonjolkan selama proses kegiatan belajar mengajar.

Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema sebagai pemersatunya dimana model penyajiannya menghubungkan materi satu dengan materi yang lain, dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan memperhatikan keterkaitannya antar mata pelajaran. Selain itu, pada KTSP terdahulu, terdapat tiga langkah proses pembelajaran yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi sedangkan dalam kurikulum 2013 terdapat tambahan lima pengalaman belajar pokok yang kemudian lebih dikenal dengan pendekatan Saintifik (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasi). Melalui salah satu nya pendekatan saintifik inilah, kurikulum 2013 sejalan dengan pemikiran yang ada di dalam Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). PMRI merupakan suatu bentuk adopsi dari Realistic Mathematics Education (RME) yang dikembangkan oleh Hans Freudental di Belanda (mengenai PMRI telah penulis paparkan di blog ini pada artikel-artikel sebelumnya)

Kurikulum 2013 dan PMRI merupakan salah salah kurikulum baru dan pendekatan pembelajaran menuju salah satu pembentukan karakter siswa yang lebih baik. Bukan menuju kepada pembunuhan karakter siswa yang masih terjadi sampai saat ini. Bagaimana bisa dikatakan membunuh karakter siswa?
Iya, pembunuhan karakter tidak hanya terjadi pada orang dewasa seperti yang muncul di berita-berita tv belakangan lalu yang pernah booming, namun bisa juga terjadi pada siswa-siswi dimana secara tidak sadar dilakukan oleh para pendidik dan bisa jadi penulis melakukan nya pula karena suatu bentuk kekhilafan sebagai manusia, :D. Guru yang terkadang masih menuntut kepada siswa-siswi untuk belajar dengan tenang, tangan bersedekap / rapi di atas meja, tidak ada pertanyaan-pertanyaan yang nyeleneh (baca: diluar dugaan guru) menyebabkan kreativitas / inovasi dari siswa-siswi terbunuh karena mereka dianggap membuat keramaian / kegaduhan / keonaran / hal yang tidak diinginkan oleh guru di dalam kelas. Hal ini bisa dikatakan bahawa guru membunuh karakter anak yang cenderung aktif untuk bertanya, berbicara menyampaikan pendapat akhir nya menjadi pasif dan diam di dalam kelas yang mana kepasifan dan diam nya anak bisa bertahan pula sampai anak itu menjadi dewasa.

Seharusnya hal tersebut bisa dimanfaatkan oleh guru untuk menggunakan keaktifan siswa yang begitu tinggi untuk proses belajar yang lebih baik. Sebagaimana pula disampaikan dalam survei Program for International Student Assessment (PISA) 2012 -merupakan suatu sistem penilaian secara internasional pada kemampuan membaca, matematika dan sains pada anak-anak yang berusia sekitar 15 tahun- diikuti oleh negara-negara yang tergabung dalam The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menyebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat pertama dalam kriteria merasa paling bahagia berada di sekolah (bisa diartikan merasa senang, terlalu aktif ketika proses belajar di dalam kelas, yang pada kenyataan nya mereka juga tidak belajar dengan kesenangan tersebut alias ramai sendiri :D). Sayang nya, peringkat ini berbanding terbalik dengan hasil dalam bidang literasi matematika, bahasa dan sains yang lebih buruk hasil nya jika dibandingkan pada tahun 2009 dimana berada pada ranking 57 dari 63 negara, sedangkan pada PISA 2012, Indonesia menempati ranking 64 dari 65 negara.

Hasil PISA 2012 ini merupakan hasil pada proses pembelajaran berdasarkan KTSP, namun bukan berarti penulis mengatakan bahwa KTSP itu gagal / buruk karena berdasarkan hasil PISA tersebut. Kegagalan tersebut harus ditinjau dari berbagai banyak aspek yang tidak bisa menyalahkan kurikulum saja. Banyak faktor penyebab jika ingin mencari penyebab dari hasil PISA tersebut.  Dan sekarang ini, pemerintah melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan telah mengaplikasikan kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013. 

Berkaca pada 2 hasil yang saling bertolak belakang tersebut, peringkat kedua dari bawah dan adapula peringkat teratas menjadikan kita sebagai guru, pemerhati pendidikan untuk mengubah proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran matematika yang mana pada saat ini lebih cenderung pada hafalan, pengajaran menghitung yang membuat siswa merasa kesulitan yang seharus nya bisa dibuat lebih mudah dan bermakna di dalam proses pembelajaran tersebut dengan memanfaatkan antar siswa berdiskusi untuk menemukan jawaban nya sendiri dan guru hanya sebagai fasilitator / perantara dalam proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang lebih baik tentunya seorang guru juga harus mampu membuat desain pembelajaran yang baik dan benar. Berikut ini, penulis memberikan salah satu contoh proses pembelajaran di kelas II SD berdasarkan kurikulum 2013 dengan pendekatan PMRI. Bukan berarti desain pembelajaran ini adalah yang terbaik namun bisa menjadi salah satu contoh bagi para pembaca sebagai referensi dalam menggunakan kurikulum 2013 yang saat ini sedang dijalankan oleh pemerintah. Pembelajaran ini pun juga tidak terlepas dari kekurangan penulis yang dalam hal ini sebagai pengajar di dalam kelas II tersebut.

Pada Video di bawah ini, mensiratkan 3 mata pelajaran yaitu Seni Budaya dan Prakarya, Bahasa Indonesia, dan Matematika yang tergabung dalam tema bermain di lingkungan ku dengan kompetensi dasar sebagai berikut.
  1. Matematika : mengetahui ukuran panjang di kehidupan sehari-hari dengan menggunakan satuan tidak baku menuju satuan baku
  2. Seni Budaya dan Prakarya : mengenal seni budaya  daerah beserta bahan, alat dan fungsinya dalam membuat karya seni budaya dan prakarya.
  3. Bahasa Indonesia : Memiliki perilaku santun dan jujur dalam hal kegiatan dan bermain di lingkungan melalui pemanfaatan bahasa Indonesia dan atau bahasa.
Selamat menonton, :D.



Mengenai pembahasan secara singkat tentang pembelajaran dalam video tersebut akan dipaparkan pada postingan artikel selanjutnya.

Berikut ini link download untuk Perangkat pembelajaran dalam video diatas.
Download RPP
Download Lembar Aktivitas Siswa (LAS)

Saturday, May 11, 2013

Indah, selalu Indah dan benar-benar unik di dunia, Keukenhof!!!!!

Apakah anda pernah melihat lebih dari 7 juta tulip, bakung dan gondok, semua mekar?
Apakah anda pula pernah melihat begitu banyak bunga, warna dan pola, lalu anda berjalan melalui taman dan menemukan tempat kecantikan khusus, mengunjungi berbagai acara bunga dan mengagumi keindahan alam atau membiarkan diri anda akan terkejut oleh kebun inspirasional?
Iya, anda akan menemukan tempat tersebut di sebuah tempat bernama Keukenhof.

Keukenhof merupakan suatu dunia tersendiri yang benar-benar berbeda, karena pemandangan yang unik. Ketika anda menyaksikan kebun berbentuk indah, yang diwarnai oleh beribu-ribu kelopak bunga yang memekar mempesona, maka anda tidak memerlukan waktu kurang dari satu-lima detik untuk melupakan kehidupan sehari-hari, suasana dinamis di kota atau di tempat kerja.
 Pemandangan indah di Keukenhof

Keukenhof terletak di daerah selatan Belanda di kota kecil Lisse, di selatan Haarlem dan barat daya Amsterdam. Awal mula keukenhof merupakan sumber herbal Jacqueline, Putri Pangeran di kastil Hainut. Kemudian Keukenhof menjadi dapur herbal milk Jacoba van Bieren dan tempat berburu di abad 15. Pada abad ke-19, arsitek bernama Jan David Zocher dan putranya Louis Paul Zocher, merancang taman di sekitar benteng. Tahun pun silih berganti hingga sampailah atas inisiatif walikota Lisse dan sejumlah petani serta eksportir bunga, maka diadakanlah Pameran Bunga di ruangan terbuka untuk pertama kalinya pada tahun 1949. Hal ini dilakukan secara berulang setiap tahun. Berbekal sebuah Rintisan Pameran Bunga Sederhana, menjadikan keukenhof sebagai taman yang terkenal saat ini.
   Arsitek Jan David Zocher dan Louis Paul Zocher
Rintisan Keukenhof menjadikan taman ini sebagai Taman Eropa  bahkan merupakan taman bunga yang terkenal dan terbesar di dunia selama lebih dari 60 tahun. Sekitar tujuh juta umbi bunga yang ditanam setiap tahun di taman, yang meliputi area seluas 32 hektar dan 15 kilometer jalan-jalan setapak. Ketika musim semi tiba,  hamparan bunga aneka warna akan memanjakan mata kita kemanapun kita melangkah. Taman musim semi ini menawarkan 30 bunga inspirasional, 7 kebun inspirasional yang menakjubkan, lebih dari 2500 pohon dalam 87 jenis dan 100 karya seni yang indah lainnya. Memang indah, selalu indah bahkan benar-benar menjadikan Keukenhof satu-satu nya yang unik di dunia.

 Rangkaian bunga inspirasional di Keukenhof
Sejak berdirinya dalam 64 tahun terakhir ini, Keukenhof tidak hanya memberikan dekorasi yang menarik dan foto-foto indah bagi setiap pengunjung di dalam nya namun juga telah mengundang lebih dari 50 juta pengunjung dari seluruh penjuru dunia telah menemukan kesenangan. Media terkemuka dari Belanda dan luar negeri pada tahun 2013 sekali lagi menyatakan bahwa Keukenhof merupakan salah satu tujuan paling populer di dunia. Hal ini bisa dilihat bagaimana pengunjung yang berjejal-jejal dikeramaian manusia baik di pintu masuk maupun di taman itu sendiri.
Keramaian Pengunjung di Keukenhof

Selain sebagai Pelopor Taman di Eropa yang terkenal dan terbesar di dunia, Keukenhof pun dikenal sebagai tempat pengekspor bunga terbesar di dunia. Hal ini dapat dilihat ketika bunga telah terlihat mekar, maka bunga pun siap menjadi komoditas perdagangan sebagai barang mewah yang bisa menjadi kebutuhan penting di tengah krisis ekonomi global.

Referensi
-http://afp.google.com/article/ALeqM5g5XOyVc1FCemgawsJXSJJJHVTxDw
-http://www.hethuisvanoranje.nl/21%20Koninklijke%20Tuinen/DetuinenvandeHorsten.html
-http://www.jlgrealestate.com/louis_paul_zocher/vondelpark
-http://www.keukenhof.nl/
-http://www.keukenhof.nl/en/5/history-of-keukenhof.html
-http://www.keukenhof.nl/en/11/united-kingdom-land-of-great-gardens.html
-http://www.tripadvisor.com/ShowUserReviews-g188597-d195228-r159296576-Keukenhof-Lisse_South_Holland_Province.html
-http://www.vacationhomes.net/blog/2013/01/07/keukenhof---a-walk-among-millions-of-tulips/


By Fanni Fatoni
@Fanni_Fatoni
http://www.facebook.com/fanni05

Wednesday, May 1, 2013

Guru bagi gurunya yang dahulu

Sang Guru berucap kepada muridnya:

"Aku sekarang adalah gurumu,
Suatu nanti, engkau akan menjadi rekan ku,
Suatu kelak nanti aku akan menjadi murid mu"


Tidak tahu menahunya, sang murid yang dulu boleh dibilang Lugu (Lucu tur Wagu {cari sendiri dalam bahasa jawanya}) :p telah berdiri di depan Sang Guru yang dahulu nya adalah Sang Guru. Hal ini suatu efek dari suatu kemajuan teknologi, modernisasi ilmu pengetahuan dan Hitekkk yang menjadikan Sang Murid sekarang menjadi guru bagi guru nya dahulu.

Sebelum sampai pada Sang Guru untuk Guru nya yang dahulu, boleh dibilang suatu nanti Sang Murid akan menjadi rekan serekan nya di dalam kantor/tempat mengajar/dimana lah Ia (Sang Murid) bekerja dengan Sang Guru. Tidak Usah kau Tanya dimana itu, lihat saja beberapa tempat yang jarang kau, aku, kita dan kami sadari bahwa hal itu banyak terjadi KINI. Kini, Sang Murid telah menjadi rekan yang dahulu nya Ia (Sang Guru) bagi murid nya. Bahkan boleh dibilang secara titel Sang Murid Lebih mentereng dari Sang Guru apalagi jika ditambah  ilmu yang diperoleh Sang Murid melebihi Sang Guru, Alhasil bukan suatu hal yang mustahal eh mustahil bahwa  menjadikan Sang Murid itu memang menjadi Guru bagi gurunya dulu.

Seperti RODA yang berjalan, adakala nya di atas, ada kala nya dibawah, ada kala nya di tengah. Sama hal nyadengan apa yang diperoleh dari suatu hal pendidikan tersebut. Dari Murid, sekarang adalah REKAN, dan Kelak menjadi Guru bagi gurunya dulu.

Contoh, Sang Murid telah menjelajahi berbagai ilmu pengetahuan dengan berbagai wawasan pengalaman  yang luas. Ambil suatu permisalan dalam kehidupan nyata, seorang guru yang mengajar murid nya tentang bahasa Inggris  di SD dengan sebatas huruf abjad ei, bi, ci, di, ……. Sang Murid terus berkembang dan tumbuh, tidak tahu nya sampe berkuliah di Luar Negeri yang membuat Sang Murid semakin lancar dalam berbicara, menulis ataupun mendengarkan bahasa inggris tersebut dan jelas hal itu melebihi ilmu dan wawasan yang diperoleh  guru nya dahulu yang hanya mengajar nya dari awal mengeja abjad.

Sepulang menuju kampung, disalamilah Sang Guru yang masih tidak terlalu menua. Bercakap-cakaplah mereka sampai2 Sang Murid mengajari nya beberapa hal yang belum didapat oleh Sang Guru. Begitupun terjadi di bidang-bidang yang lain. 

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Namun sayang, saat ini/kemarin/suatu nanti terkadang tidak sedikit Orang-orang yang lebih tua tak mau mendengar apa yang telah dimiliki oleh orang yang lebih muda. Apalagi titel yang tua lebih mentereng dari yang muda. Memang dari sono nya, Menganggap diri nya sendiri orang yang lebih tua, lebih berpengalaman dan lebih tahu. Rasa ngeyel ditambah rasa berderajat tinggi BIN gengsi menyebabkan penidakterimaan yang tidak wajar.

Tidak sedikit yang tahu pulabahwa Juniornya justru itu lebih baik dari seniornya namun tak banyak yangb ersedia saja mengakui. Yang lebih dan terparahnya untuk menjaga agar kewibaan ,kehormatannya,  dan nama yang tua semakin mengharum dan luhur tetap tak terganti maka yang muda malah tidak di motivasi untuk lebih maju lagi atau malah di cela.

Namun, terkadang juga tidak sedikit pula, yang Muda kembali bertemu dengan yang Tua dg menunjukan kesombongan Taji Ilmu yang di dapat nya di hadapan yang TUA tersebut.  SOMBONG dengan apa yang diperoleh nya telah melebihi dari yang TUA.

Pendidikan, seyogyanya menjadikan manusia lebih menjadi bermanfaat bagi sesama baik yang muda maupun yang tua. Semakin tinggi ilmu yang diperoleh, semakin merunduk pula lah ia. Seperti ilmu Padi, Semakin berisi semakin merunduk.Saling mendukung dan menghormati satu sama lain yang tidak lain didapat adalah suatu kemajuan dan kebermanfaatan yang semakin maksimal untuk kehidupan yang lebih baik.

Maju ke arah yang positif danlebih baik lah terus pendidikan kita melalui saling berbagi, saling menghormati dan saling mendukung. Alangkah Indahnya saling berbagi, saling menghormati, saling mendukung satu sama lain

Selamat Hari Pendidikan Nasional
Di atas  kasur, 2 Mei 2013.
21.05 WIB

Sunday, April 28, 2013

PENELITIAN PENGEMBANGAN

  
PENELITIAN PENGEMBANGAN

Oleh Fanni Fatoni
BIMPOME 2012 Sriwijaya University
NIM 06122802012
fan_math05@yahoo.co.id

A.    Pengertian Penelitian Pengembangan
Bidang teknologi instruksional secara tradisional melibatkan perpaduan unik dari teori dan praktek. Campuran ini paling jelas dalam penelitian pengembangan, penelitian itu  melibatkan produksi pengetahuan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan proses desain instruksional, pengembangan, dan evaluasi. Penelitian tersebut didasarkan pada baik pemecahan masalah situasi tertentu atau prosedur penyelidikan umum. Penelitian pengembangan, sebagai lawan pengembangan instruksional sederhana, telah didefinisikan sebagai "studi sistematis merancang, mengembangkan dan mengevaluasi program pembelajaran, proses dan produk yang harus memenuhi kriteria konsistensi internal dan efektivitas". Dalam bentuk yang paling sederhana, penelitian pengembangan dapat berupa
1.  studi tentang proses dan dampak dari desain instruksional tertentu dan upaya pengembangan, atau
2.  situasi di mana seseorang melakukan desain instruksional, pengembangan, atau kegiatan evaluasi dan mempelajari proses pada waktu yang sama, atau
3.  studi tentang instruksional 
desain, pengembangan, dan evaluasi proses secara keseluruhan atau komponen proses tertentu.
(Klein, Nelson & Richey, 1994: 1099).

Dalam Sugiyono (2011: 297) penelitian pengembangan disebutkan sebagai penelitian dan pengembangan (research and development). Penelitian pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.
Selain itu, Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai berikut:   

Educational Research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational products. The steps of this process are usually referred to as the R & D cycle, which consists of studying research findings pertinent to the product to be  developed, developing the products based on these findings, field testing it in the setting  where it will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the  filed-testing stage. In more rigorous programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the product meets its behaviorally defined objectives.  
 
Berdasarkan pengertian di atas, Penelitian Pendidikan dan pengembangan (R & D) merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia akan digunakan akhirnya , dan merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam program yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang sampai bidang-data uji menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan perilaku didefinisikan.
 
Menurut Gay (1990), penelitian pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk menguji teori. Selanjutnya, penelitian pengembangan didefinisikan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas (Seals dan Richey, 1994). 

Selanjutnya, Van den Akker dan Plomp (1993) mendeskripsikan penelitian pengembangan berdasarkan dua tujuan yaitu: (1) pengembangan prototype produk, dan (2) perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototype produk tersebut. 
 
B.    Ciri/Komponen Penelitian dan Pengembangan
Borg and Gall (1989) menjelaskan empat ciri utama dalam penelitian dan pengembangan, yaitu:
1.    Studying research findings pertinent to the product to be develop
Melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-temuan penelitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan.
2.    Developing the product base on this findings.
Mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut.
3.    Field testing it in the setting where it will be used eventually
Melakukan uji lapangan dalam seting atau situasi senyatanya di mana produk  tersebut nantinya digunakan
4.    Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage.
Melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam
tahap-tahap uji lapangan.
Dari empat ciri utama R&D tersebut, memberikan gambaran bahwa ciri utama R&D adalah adanya langkah-langkah penelitian awal tekait dengan produk yang akan dikembangkan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut kemudian produk pendidikan dirancang dan dikembangkan untuk kemudian diuji dan diperbaiki/direvisi.

Menurut Santyasa (2009 : 3), Karakteristik penelitian pengembangan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran sebagai berikut. 
1.  Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran.
2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
3. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademik
4. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporakan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.
 
C.    Motif Penelitian Pengembangan
Menurut Akker (1999), motif dari penelitian pengembangan adalah:
1.  Motif dasarnya bahwa penelitian kebanyakan dilakukan bersifat tradisional, seperti eksperimen, survey, analisis korelasi yang fokusnya pada analsis deskriptif yang tidak memberikan hasil yang berguna untuk desain dan pengembangan dalam pendidikan.
2.  Keadaan yang sangat kompleks dari banyaknya perubahan kebijakan di dalam dunia pendidikan, sehingga diperlukan pendekatan penelitian yang lebih evolusioner (interaktif dan siklis).
3.  Penelitian bidang pendidikan secara umum kebanyakan mengarah pada reputasi yang ragu-ragu dikarenakan relevasi ketiadaan bukti.
 
D.     Tujuan Penelitian Pengembangan
Menurut Akker (1999), tujuan penelitian pengembangan dapat dibedakan menjadi.
1.  Pada bagian kurikulum
Tujuannya adalah menginformasikan proses pengambilan keputusan sepanjang pengembangan suatu produk/program untuk meningkatkan suatu program/produk menjadi berkembang dan kemampuan peneliti untuk menciptakan berbagai hal dari jenis ini pada situasi ke depan.
2.  Pada bagian teknologi dan media
Tujuannya adalah untuk menigkatkan proses rancangan instruksional, pengembangan, dan evaluasi yang didasarkan pada situasi pemecahan masalah spesifik yang lain atau prosedur pemeriksaan yang digeneralisasi.
3.  Pada bagian pelajaran dan instruksi
Tujuannya adalah untuk pengembangan dalam perancangan lingkungan pembelajaran, perumusan kurikulum, dan penaksiran keberhasilan dari pengamatan dan pembelajaran, serta secara serempak mengusahakan untuk berperan untuk pemahaman fundamental ilmiah.
4.  Pada bagian pendidikan guru dan didaktis
Tujuannya adalah untuk memberikan kontribusi pembelajaran keprofesionalan para guru dan atau menyempurnakan perubahan dalam suatu pengaturan spesifik bidang pendidikan. Pada  bagian didaktis, tujuannya untuk menjadikan penelitian pengembangan sebagai suatu hal interaktif, proses yang melingkar pada penelitian dan pengembangan  gagasan teoritis dari perancang memberi pengembangan produk yang diuji di dalam kelas yang ditentukan, mendorong secepatnya ke arah teoritis dan empiris dengan menemukan produk, proses pembelajaran dari pengembang dan teori instruksional.

E.    Model-Model Penelitian Pengembangan
1.    Model IDI (Instructional Development Institute)

Terdapat beberapa langkah-langkah atau tahapan-tahapan pada model IDI, sebagai berikut:
a.    Tahap I: Penentuan dan Perumusan Fungsi
Fungsi tahap penentuan dan perumusan fungsi adalah sebagai berikut.
•    Identifikasi masalah, meliputi: analisis kebutuhan, menentukan prioritas dan rumusan masalah
•    Analisis latar, meliputi: karakteristik siswa, kondisi dan sumber-sumber yang relevan
•    Pengelolaan, meliputi: tugas, tanggung jawab dan jadwal
b.    Tahap II: Pengembangan
Fungsi tahap pengembangan adalah sebagai berikut:
•    Mengidentifikasi tujuan, meliputi: tujuan akhir dan tujuan antara
•    Menentukan metode, meliputi: belajar, mengajar dan media
•    Membuat prototype, meliputi: paket pembelajaran dan instrument evaluasi
c.    Tahap III: Penilaian
Fungsi tahap penilaian adalah sebagai berikut:
•    Testing prototipe, meliputi: uji coba dan mengumpulkan data evaluasi
•    Analisis hasil, meliputi: tujuan, metode dan teknik evaluasi
Implementasi, meliputi: review, revisi dan tindak lanjut
(Hobri, 2010: 1-2)

Selanjutnya akan dibahas penelitian pengembangan menurut Sugiyono, model penelelitian pengembangan menurut Dick dan Carey, Menurut Plomp, Menurut Akker serta Menurut Tessmer.
Silahkan download makalah dibawah ini

Wednesday, April 24, 2013

Nulis Nulis Nulis


Salah satu kegiatan yang mungkin nanti akan menjadi kesibukan suatu masa nanti [aamiin aamiin aamiin Ya Allah]. Apa itu???? Nulis nulis nulis.
Sebelum nya diawali dengan membaca. Alhasil banyaklah kosa kata yang ada dalam pikiran kita. Sekitar 8 bulan yang lalu, Nulis nulis nulis sedikit ini tertekuni, tapi mula2 saya mengenal nya dari sebuah paksaan yang dimulai dengan writing artikel dlm English. Paksaan dari kegiatan yang baik pun, Lama dan kelamaan pula menjadi suatu kebiasaan. Jika ditambah mood tubuh dan perasaan lagi bagus, mesti tambah cling tulisan2 yang muncul. Sayang, masih banyak beberapa waktu sela yang terbuang untuk beberapa hal yang kurang berguna jadi tidak nulis nulis nulis. Hahahaha,

Nulis nulis nulis saat ini seperti apa tho????
[Menurut Pendapat semata, yang belum teruji kebenaran nya namun dapat dirasakan ketika penikmat buku membaca tulisan-tulisan yang tersebar di seluruh penjuru dunia]

1). Nulis Nulis Nulis saat ini sudah barang tentu dan yang dilanda serta melanda para penulis dalam hal tujuan mereka adalah untuk memperoleh suatu rejeki dan suatu tambahan income dalam kehidupan sehari-hari. Itu tujuan final dari penulis2 saat ini. Termasuk saya pun, bukan lah orang yang hipokrit bahwa jika ada suatu kesempatan nulis nulis nulis suatu masa nanti (aamiin ya Allah), tujuan tersebut termunculah dalam hati.
Contoh tulisan-tulisan yang datangin rejeki nomplok seperti apa????
- Ambil karya JK Rowling, Penulis terkenal dari Inggris, yang temens sudah pada tahu itu, memperoleh rejeki yang cukup dan bahkan lebih melebihi yang dulu ada dipikiran sang penulis. Bisa2 rejeki nya melebihi Sang Queen Elizabeth kali ya, :). Dari 3 buku nya yang pertama saja, Sang Penulis mendapat keuntungan bak durian runtuh. Sekitar 4 T Lho (Lihat Wikipedia). Tapi itu juga g langsung Gan. Tentu nya setelah dipublish dalam berbagai bahasa dong, :). tapi bukan itu tujuannya, 
- Andrea Hirata, penulis dari Indo, temens pada tahu siapa juga penulis ini. Penulis novel sastra Laskar “[setelah Hujan]” yang membludak pada masa nya. tapi bukan itu tujuan nya, :)
- Karya singkat Habibie [Presiden kita pada akhir era th 2000 an] yang membuat tulisan kenang-kenangan tentang Ainun pun ikut-ikutan menjadi bacaan-bacaan nikmat dan penasaran yang dibaca oleh pembaca buku. Tentu juga banyak rejeki yang diperoleh nya, tapi bukan itu tujuan nya, :)
- Dan masih seabrek Penulis yang Nulis nulis nulis…..

2). Mencoba untuk mengingatkan berdasarkan Pendapat semata di atas. Apa itu???? boleh dibilang penyakit sementara dari para Penulis. Penyakit apa itu????
Bukan penyakit tentang susah nulis, g ada ide, blm ada garis besar, bukan pula penyakit g ada mood juga lho ya…. [sabar Gan], Hihihihi, :)

Penyakit penulis itu, ketika sudah ada dan mau menulis. Tiba2 dia ingin mendapat suatu rejeki instan dari apa yang ditulis nya. Paling tidak iming-iming rejeki nomplok membuat Penulis-penulis gencar mempublish dengan segera apa yang ditulis. Berharap dengan segera apa yang ditulis segera laku keras, langsung laris-laris manis bak pisang goreng yang ada di warung-warung begitu mak jos ketika terbit.

3). Penulis itu ada banyak, bukan hanya buku???? Kadang penulis lepas, penulis cerpen, penulis jurnal2 penelitian, penulis buku2 baik fiktif maupun non fiktif. Tapi coba bagaimana tujuan mereka sebelum nya membuat tulisan2 tersebut.
~ Apakah J.K Rowling Nulis untuk supaya dapat rejeki banyak awal nya????
~ Apakah Andrea Hirata Nulis untuk supaya dapat rejeki banyak awal nya????
~ Apakah pula Habibie Nulis untuk supaya dapat rejeki banyak awal nya????
Dari sebuah keinginan, ingin mengimajinasikan pikiran, ingin mengenang Belitung, tempat tinggal nya dahulu, ingin mengenang Ainun sewaktu masih hidup. Ingin yang mana bukan untuk diri pribadi nya. Cobalah kau terka dalam-dalam terhadap tulisan-tulisan mereka, :)

Contoh penulis jaman lampau
-  Al-Khawarizmi,  seorang yang beberapa temens mgkn blm tahu [ahli matematika pada suatu masa dahulu], juga telah Nulis nulis nulis dengan tujuan bahkan untuk orang banyak. Kamsut nya, eh maksut nya bertujuan supaya tulisan tersebut dapat dinikmati oleh orang banyak. Bahkan karya2 beliau bertahan sampai saat ini.
-  Ibnu Sina, seorang yang beberapa temens mungkin belum tahu [ahli ilmu pengobatan pada suatu masa dahulu], juga telah Nulis nulis nulis tentang hal-hal yang berhubungan tentang pengobatan. Itu pun juga awal mula bertujuan untuk orang banyak.

Mereka adalah salah dua dari orangs jaman lampau yang bagaimana jika tulisan2 beliau dipublish bahkan dijual tentu akan bernilai dengan rejeki yang bisa untuk makan untuk sampe beranak-anak cicit berturunan turunan tidak hanya 7 turunan. Wow wow wow…….

4).    Saya juga lagi belajar Nulis nulis nulis yang coba ayo kita kembali ke tujuan yang lebih mulia. [Semoga kesampaian dan mendapat ridho-Nya. Aamiin ya Allah] Bagaimana kalau tulisan tersebut awal mula untuk mengenang, untuk mendidik, untuk menasehati. Apalagi tulisan tersebut berguna untuk suatu orang banyak yang tidak lain menghindar dari Penyakit tujuan utama adalah UANG. Boleh dibilang sebagai tabungan rejeki akhirat nanti. Karena apa?????.
Lebih baik jika tulisan-tulisan tersebut bermanfaat untuk orang banyak bahkan boleh dibilang umat pada jaman nya [walah kebesaran angan-angan mas]. Kamsut nya, eh maksutnya dengan sendiri nya tujuan untuk rejeki nanti bak pisang goreng yang dijajakan waktu hujan2, yang dengan sendiri nya pula akan terjual laris manis jika umat itu menyukai/bahkan membutuhkannya karena awal mula untuk tujuan tabungan rejeki akhirat nanti.

TUJUAN AWAL BUKAN REJEKI NOMPLOK dunia, Namun untuk kebermanfaatan terhadap sesame. Cobalah lihat, bagaimana tulisan itu nanti akan menjadi seperti apa??? 
Bahkan tulisan-tulisan itu akan bertahan sepanjang masa. Rejeki pun, InsyAllah akan datang menemani nya. Tulisan Al-Khawarizmi dan Ibnu Sina adalah salah dua dari contoh-contoh yang bertahan sampai sekarang dengan sangat dibutuhkan oleh orang-orang yang bergerak dibidang-bidang nya tersebut.

Sehingga ada dua perbedaan yang mencolok dari rasa-rasa tulisan2 yang anda, saya bahkan penulis-penulis yang sudah bergentayangan-bergentayangan di dunia ini. Tulisan berawal yang instan ingin rejeki nomplok tapi sebentar saja / tulisan yang bertujuan untuk tabungan rejeki akhirat nanti.

Mari kita pilih, 2 genre yang ada ini!!!!!
Hanya suatu pendapat, :)

Tuesday, March 26, 2013

VALIDITAS

 
VALIDITAS

A.    Pendahuluan
Tes merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang dianggap mampu memfasilitasi kebutuhan orang-orang di bidang pendidikan tentang perangkat atau alat yang mampu memberi gambaran tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk mendapatkan suatu gambaran yang akurat, relevan dan sesuai dengan data yang sesungguhnya terjadi di lapangan membutuhkan tes yang berkualitas, oleh karena itu dibutuhkan analisis kualitas tes guna menciptakan kualitas tes yang benar-benar mampu melaksanakan tugasnya sebagai alat evaluasi.

Analisis kualitas tes merupakan  suatu tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik tes secara keseluruhan maupun butir  soal yang menjadi bagian dari tes tersebut. Analisis kualitas tes digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah tes sebagai alat ukur benar-benar mampu mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur dan apakah tes tersebut dapat diandalkan dan berguna bagi dunia pendidikan. Dalam praktik evaluasi di berbagai sekolah, seringkali guru mengacuhkan dengan kualitas suatu tes. Artinya, apakah suatu tes termasuk baik atau tidak, guru tidak mau tahu, yang terpenting bagi guru adalah tersedianya perangkat tes untuk melaksanakan penilaian. Beberapa guru mengambil soal dari buku-buku pelajaran atau dari kumpulan soal. Padahal, soal-soal tersebut belum diketahui tingkat kebaikannya.

Para ahli banyak mengemukakan tentang alat ukur yang dapat diandalkan tersebut. R.L. Thorndike, dan H.P. Hagen (dalam Arifin, 2009 : 246) mengemukakan 
“there are many specific considerations entering into the evaluation of a test, but we shall consider them... under three main headings. These are, respectively, validity, reliability, and practicality”.
Di dalam pernyataan tersebut dijelaskan bahwa terdapat banyak pertimbangan-pertimbangan tertentu yang masuk ke dalam evaluasi tes. Diantaranya adalah secara berturut-turut adalah validitas, reliabilitas dan kepraktisan. Namun, dalam makalah ini hanya akan dibatasi pada satu hal saja yang dikupas secara tuntas yaitu mengenai validitas.

B.     Pengertian Validitas
Validitas berasal dari kata “validity” yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Kata “valid” sering diartikan tepat, benar, shahih, abash. Sehingga validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan atau keabsahan. Sebuah tes dapat disebut valid apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara shahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain sebuah tes dikatakan telah memiliki “validitas” apabila tes tersebut    dengan secara tepat, benar, shahih atau absah telah dapat mengungkap atau mengukur apa yang seharusnya diungkap atau diukur lewat tes tersebut.

Tes hasil belajar dapat dinyatakan valid apabila tes hasil belajar tersebut (sebagai alat pengukur keberhasilan belajar peserta didik) dengan secara tepat, benar, shahih atau absah telah dapat mengukur atau mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik, setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Suatu tes dapat memiliki validitas yang bertingkat-tingkat: tinggi, sedang, rendah, bergantung pada tujuannya (Sudijono, 2009: 93)

Validitas (kesahihan) adalah kualitas yang menunjukkan hubungan antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku. Menurut Cronbach dalam Purwanto “how well a test or evaluative technique does the job that it is employed to do”. (Purwanto, 2010: 137-138). Selain itu, menurut Gay dalam Sukardi (2012: 121) bahwa validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Suatu instrument dikatakan valid jika instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur.

1.      Teknik Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar
Menurut Sudijono (2009: 163), penganalisisan tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) validitas tes secara rasional dan (b) validitas tes secara empirik.Sehubungan dengan itu ada teknik pengujian validitas tes hasil belajar yaitu:

a.      Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar Secara Rasional
Validitas rasional merupakan validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berpikir secara logis (Sudijono, 2006 : 164). Suatu tes dikatakan telah memiliki validitas rasional jika setelah dilakukan penganalisisan secara rasional tes tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Sudijono (2011 : 164), untuk mengetahui validitas rasional dapat ditelusuri dari dua segi yaitu dari segi isi (content validity) dan dari segi susunan (construct validity).

i.     Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, yaitu sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang akan diteskan (Sudijono, 2009: 164).

Oleh karena materi yang diajarkan itu pada umumnya tertuang dalam Garis–Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang merupakan penjabaran dari kurikulum yang telah ditentukan, maka validitas isi yang sedang kita bicarakan ini juga sering disebut validitas kurikuler. Dalam praktek, validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar, dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan untuk masing–masing pelajaran; apakah hal–hal yang tercantum dalam tujuan instruksional khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut ataukah belum. Jika penganalisisan secara rasional itu menunjukkan hasil yang membenarkan tentang telah tercerminnya tujuan instruksional khusus itu di dalam tes hasil belajar, maka tes hasil belajar yang sedang diuji validitas isinya itu dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki validitas isi.

Upaya lain yang dapat ditempuh dalam rangka mengetahui validitas isi dari tes hasil belajar adalah dengan jalan menyelenggarakan diskusi panel. Dalam forum diskusi tersebut, para pakar yang dipandang memiliki keahlian yang ada hubungannya dengan mata pelajaran yang diujikan, diminta pendapat dan rekomendasinya terhadap isi atau materi yang terkandung dalam tes hasil belajar yang bersangkutan. Hasil–hasil diskusi itu selanjutnya dijadikan pedoman atau bahan acuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan isi atau materi tes hasil belajar tersebut. Jadi kegiatan menganalisis validitas isi dapat dilakukan baik sesudah maupun sebelum tes hasil belajar dilaksanakan (Sudijono: 165)

ii.   Validitas Konstruksi (Construct Validity)
Secara etimologis, kata “konstruksi”mengandung arti susunan, kerangka atau rekaan. Validitas konstruksi dapat diartikan sebagai validitas yang ditilik dari segi susunan, kerangka atau rekaannya. Adapun secara etimologis, suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruk apabila hasil tes belajar tersebut – ditinjau dari segi susunan, kerangka, atau rekaannya – telah dapat dengan secara tepat mencerminkan suatu kontruksi dalam teori psikologis. Tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas konstruk apabila butir-butir soal atau item yang membangun tes tersebut benar-benar telah mengukur aspek-aspek berpikir (kognitif, afektif, psikomotorik) sebagaimana telah ditentukan dalam tujuan instruksional khusus.

Validitas konstruk dari suatu tes hasil belajar dapat dilakukan penganalisisan dengan jalan melakukan pencocokan antara aspek-aspek berpikir yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut, dengan aspek-aspek berpikir yang dikehendaki untuk diungkap oleh tujuan instruksional.

b.      Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar Secara Empirik
Validitas empiris adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik atau yang diperoleh dari pengamatan di  lapangan (Sudijono, 2009: 167). Validitas empiris biasanya menggunakan teknik statistic, yaitu analisis korelasi. Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dengan suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolak ukur di luar tes yang bersangkutan. Namun kriteria itu harus relevan dengan apa yang akan diukur. Validitas empiris disebut juga validitas yang dihubungkan  dengan kriteria (criterion-related validity) (Arifin, 2009: 249).

Ada dua macam validitas empiris, yaitu:
i.        Validitas Ramalan/Prediktif (predictive validity)
Validitas ramalan dari suatu tes adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang (Sudijono, 2009: 168).

Validitas prediktif adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Atau dengan kata lain untuk melihat sampai mana suatu tes dapat meramalkan prestasi belajar peserta didik di masa yang akan datang. (Arifin, 2009: 249).

Sebagai contoh adalah tes seleksi penerimaan mahasiswa baru merupakan suatu tes yang diharapkan mampu meramalkan keberhasilan studi para calon mahasiswa dalam mengikuti program pendidikan diperguruan tinggi yang bersangkutan di masa-masa yang akan dating.

Untuk mengetahui apakah suatu tes memiliki validitas ramalan / belum, dapat ditempuh dengan cara mencari korelasi antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya dengan kriteria yang telah ada. Jika diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif yang signifikan, maka tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya itu, dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki daya ramal yang tepat, artinya apa yang telah diramalkan, betul-betul telah terjadi secara nyata dalam praktik.

ii.      Validitas Konkuren (concurrent validity)
Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas konkuren atau bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama dan tes berikutnya. Validitas bandingan sering pula disebut dengan validitas sama saat, validitas pengalaman, dan validitas ada sekarang.

Dalam angka menguji validitas bandingan, data yang mencerminkan pengalaman yang diperoleh pada masa lalu ini, kita bandingkan dengan data hasil tes yang diperoleh sekarang ini. jika tes yang ada sekarang ini mempunyai hubungan searah dengan hasil tes berdasarkan pengalaman yang lalu, maka tes yang memiliki karakteristik seperti itu dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan.
Seperti halnya validitas ramalan, maka untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang searah antara tes pertama dan tes berikutnya, dapat digunakan teknik analisis korelasional product moment dari Karl Pearson. Jika korelasi antara variabel X (tes pertama) dan variabel Y (tes berikutnya) adalah positif dan signifikan, maka tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang memiliki validitas bandingan.

Selanjut nya dapat dilihat pada makalah validitas

Monday, March 25, 2013

Analisis Jurnal Penelitian Tindakan Kelas (Action Research Class)

HASIL ANALISIS JURNAL JURNAL EDUKASI MATEMATIKA (EDUMAT) PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN MATEMATIKA (P4TK)

"PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN HEURISTIK DENGAN METODE BEKERJA MUNDUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA”

Oleh Fanni Fatoni
BIMPOME 2012 Sriwijaya University
NIM 06122802012
Penganalisisan terhadap Jurnal tersebut merupakan penilaian subyektif dari mahasiswa Impome 2012, Fanni Fatoni dimana tidak melibatkan unsur-unsur pengaturan terhadap penulisan jurnal tersebut. Sehingga ini hanya penilaian subyektif semata.
Tulisan tersebut ditulis oleh Gede Alit Narohita, S. Pd. pada Jurnal Edukasi Matematika (EDUMAT) Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika (P4TK) Volume I, Nomor 3, Juni Tahun 2011. Adapun beberapa hasil analisis dari tulisan tersebut adalah:

1.    Judul
Dari judul yang dibuat, sudah jelas bahwa judul tersebut mengandung kata meningkatkan yang berarti melakukan perlakuan (treatment) untuk meningkatkan hasil kemampuan pemecahan masalah matematika dan terdapat kelas yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian (kelas VII C SMP Negeri 1 Tejakula) sehingga dari hal tersebut, kita sudah bisa memprediksi bahwa tulisan tersebut menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam melakukan penelitiannya.

2.    Abstrak
Penulisan abstrak yang dilakukan oleh peneliti cukup jelas. Dalam abstrak tersebut, peneliti telah mencantumkan setting tempat, subjek penelitian dan tahun pelaksanaan. Selain itu peneliti telah menjelaskan tujuan, mteode dan hasil serta simpulan penelitian dengan jelas.

3.    Pendahuluan
Secara umum, pada pendahuluan dari tulisan ini sudah baik yaitu sebelum menentukan permasalahan dalam penelitian, peneliti utama (guru) menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan dalam penelitian tersebut sudah jelas diantaranya.
a.    Latar belakang masalah
Latar belakang masalah dimulai dengan penjelasan (1) mengenai pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam matematika di semua tingkat mulai dari SD sampai SMA dan yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah hasil nilai rata Nilai rata-rata ulangan blok pertama semester I tahun pelajaran 2009/2010  pada aspek kemampuan pemecahan masalah yaitu sebesar 54,3 dan ketuntasan belajar sebesar 56%.
Nilai ini masih di bawah KKM dan ketuntasan belajar matematika yang ditetapkan di kelas VII C yaitu sebesar 60,0 dan 85% (Arsip  SMP Negeri 1 Tejakula); (2) faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap ketidakberhasilan dalam kemampuan pemecahan masalah dalam matematika secara umum; (3) faktor-faktor penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika juga terjadi di SMP Negeri 1 Tejakula berdasarkan nilai rata-rata ulangan blok pertama semester I tahun pelajaran 2009/2010; (4) salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk  mengatasi permasalahan di atas adalah strategi   pembelajaran heuristic dengan metode bekerja mundur
b.    Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti pula telah mencantumkan rumusan masalah dalam penelitian tersebut yaitu apakah penerapan strategi pembelajaran heuristik dengan metode bekerja mundur dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika bagisiswa kelas VII C SMP Negeri 1 Tejakula?
c.    Tujuan dan manfaat penelitian  di dalam penelitian ini dipaparkan secara eksplisit dimana tujuan penlitian tersebut adalah untuk mengungkapkan apakah penerapan strategi pembelajaran heuristik dengan metode bekerja mundur dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika bagi siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Tejakula. Sedangkan manfaat penelitian di dalam penelitian tersebut dipaparkan secara eksplisit baik itu manfaat kepada guru, maupun kepada siswa serta kepada pihak sekolah.

Namun, ada beberapa hal kecil yang perlu mendapat perhatian yaitu belum jelas berapa banyak tim peneliti yang dijadikan sebagai mitra, karena hanya dituliskan “ 2) Guru yang terlibat dalam penelitian ini...”.
 
4.    Kajian Teori
Pada jurnal PTK ini, peneliti telah menjelaskan beberapa teori yang mendukung dan mendasari pelaksanaan penelitian tersebut. Hanya beberapa informasi yang memuat tentang strategi pembelajaran heuristik dan metode bekerja mundur itu sendiri sedangkan kemampuan pemecahan masalah belum dijelaskan begitu mendetail. Bagian kajian teori ini juga tidak dipisahkan dari bagian pendahuluan.

Beberapa informasi mengenai strategi pembelajaran heuristik justru dipaparkan pada bagian pendahuluan. Sehingga kesan yang timbul adalah informasi tersebut menjadi latar belakang sehingga peneliti memilih strategi pembelajaran heuristik dengan metode bekerja alur bekerja mundur untuk diterapkan dalam pembelajaran yang kemudian penulisan jurnal tersebut langsung mengalir menuju metode penelitian.

Sebaiknya beberapa tambahan informasi disertakan dalam jurnal ini untuk menambah wawasan pembaca yang mungkin masih belum memahami hal yang diangkat dalam penelitian tersebut yang diangkat dalam bab tersendiri yaitu kajian teori. Namun suatu catatan yang perlu diperhatikan, bahwa kemungkinan ketiadaan bagian kajian teori berkaitan dengan format penulisan dari jurnal yang bersangkutan sehingga kita sebagai pembaca tidak boleh mengambil keputusan sepihak.

5.    Metode Penelitian
Peneliti telah menjelaskan secara terperinci mengenai tempat penelitian, subjek penelitian, waktu penelitian, jumlah siswa yang terlibat dalam kegiatan penelitian. Metode penelitian yang sudah jelas atau matching dengan judulnya yaitu menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK) / (classroom action research) dengan rancangan penelitian model Kemmis dan Taggart yang dilaksanakan dalam beberapa siklus di mana setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi dan evaluasi, serta (4) tahap refleksi.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII C semester I SMP Negeri 1 Tejakula tahun pelajaran 2009/2010 sebanyak 37 orang (20 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki). Sedangkan objek dari penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah  matematika bagi siswa, dengan tindakan strategi pembelajaran heuristik dengan metode bekerja mundur.
Mengenai gambaran secara lengkap tentang jurnal tersebut dan Makalah analisis jurnal nya, silahkan download link dibawah ini
Makalah Analisis Penelitian Tindakan Kelas

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Iptek-4u - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons