,.

Tuesday, March 5, 2013

NON TES




NON TES

A.    Pendahuluan

Kegiatan mengukur atau melakukan pengukuran adalah merupakan kegiatan yang paling umum dilakukan dan merupakan tindakan yang mengawali kegiatan evaluasi dalam penilaian apapun, termasuk di dalamnya adalah evaluasi hasil belajar. Tekhnik evaluasi disebut juga instrumen atau alat pengumpul data hasil belajar, tidak hanya tertuang dalam bentuk tes dengan berbagai bentuk atau variasinya, akan tetapi masih ada teknik lainya yang bisa digunakan, yaitu teknik non tes (Sujana, 2006: 173). Dalam dunia pendidikan, instrumen untuk mengevaluasi siswa, proses pembelajaran maupun program lain terkait dengan pendidikan bukan hanya menggunakan teknik tes saja melainkan juga dengan teknik non-tes.

Para ahli berpendapat bahwa dalam melakukan evaluasi pembelajaran, kita dapat menggunakan teknik tes dan nontes, sebab hasil belajar atau pembelajaran bersifat aneka ragam. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan  teoritis, keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan. Adapun perubahan sikap dan petumbuhan anak dalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik nontes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap, dan lain-lain. Dengan kata lain, banyak proses dan hasil belajar yang hanya dapat diukur dengan teknik non tes (Arifin, 2012: 181)

Di dalam makalah ini akan dibahas sedikit mengenai non tes setelah pada pertemuan sebelum nya membahas mengenai tes yang merupakan bagian dari teknik evaluasi.

B.     Pengertian Non Tes
Dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca indra (Widiyoko : 2009).

Teknik non tes merupakan salah satu teknik evaluasi program dalam bidang pendidikan yang tujuannya untuk menilai atau mengevaluasi program yang akan, sedang atau telah dilaksanakan yang dilakukan dengan cara pengamatan yang sistematis (observasi), melakukan wawancara (interview), menyebar angket (quistionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis), dan juga dapat dilakukan dengan teknik skala nilai, teknik evaluasi partisipatif, studi kasus, sosiometri dan lain sebagainya.

Teknik non-tes memegang peranan penting dalam mengevaluasi dari segi ranah sikap hidup (affective domain), dan ranah keterampilan (psychomotoric domain) (Sudijono, 2011: 76). Berikut ini penjelasan-penjelasan mengenai jenis-jenis non tes.

1.      Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, di halaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain (Sudijono, 2011: 76).
a.   Jenis-Jenis Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1)      Observasi partisipatif dan non partisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka (Djaali & Muljono, 2008: 17). Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi non partisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain di dalam kegiatan siswa
2)      Observasi sistematis dan observasi non sitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati sedangkan observasi non sistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati (Sugiyono, 2011: 78).
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mengamati anak-anak berdiskusi memecahkan matematika. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan keaktifan. Kemudian kategori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam berdiskusi. Kalau observasi non sistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori di atas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang berdiskusi.
3)      Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara non partisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.

b.   Kerangka kerja observasi dibedakan menjadi dua jenis.
1) Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan  terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
2) Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri (Arifin, 2012: 183).
c.    Teknis pelaksanaan observasi dibedakan melalui tiga cara.
1) Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
2) Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
3) Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti (Arifin, 2012: 184)

d.   Karakteristik-karakteristik observasi, antara lain:
1)      Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
2)      Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional.
3)      Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
4)      Praktis penggunaannya.
(Arifin, 2012: 183)

e.    Langkah-langkah penyusunan pedoman observasi
1)      Merumuskan tujuan observasi
2)      Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
3)      Menyusun pedoman observasi
4)      Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran
5)    Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi
6)      Merifisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
7)      Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
8)      Mengolah dan menafsirkan hasil observasi

f.    Kelebihan-kelebihan observasi.
1)      Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.
2)      Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.
3)      Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi.
4)      Tidak terikat dengan laporan pribadi.

g.   Kekurangan observasi
1)      Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.
2)      Biasanya masalah pribadi sulit diamati.
3)      Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
(Arifin, 2012: 185)
Selanjutnya dapat dilihat pada makalah Teknik Non Tes

Related Post:

Widget by [ Iptek-4u ]

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Iptek-4u - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons