,.

Thursday, October 18, 2012

Biasakan Mendidik Bukan Dengan Memarahi

Sampai saat ini, Minggu 21.05 WIB tanggal 14 Oktober 2012, saya masih teringat peristiwa yang sedikit nya membuat hati saya kesal dan sebal di dalam pandangan dan pikiran ketika masih berada di dalam masjid dekat asrama (tempat dan  orang secara tepat dirahasiakan, :)) sehabis melaksanakan sholat isya' berjamaah. Kejadian ini terjadi sekitar 2 kali dan yang ke-2 ini terjadi pada malam hari ini. Berikut saya ceritakan kejadiaan simple tersebut.

Ya, langsung saja menuju TKP. Ceritanya begini... hmmm saya deskripsikan terlebih dahulu ke dalam urutan kejadian supaya ada sedikit gambaran dan biar tidak buram-buram gitu, :)
  • Orang-orang selesai sholat isya’ di masjid dan masih dalam posisi duduk.
  • Anak-anak kecil (sekitar kelas 4-5 SD) berjumlah 4 anak sedang berbicara, berbisik-bisik di masjid selesai sholat Isya' tsb.
  • Saya melihat seorang jamaah, berusia tidak tua-tua amat mungkin kalau di pikir-pikir orang tersebut sudah pantas memiliki anak sekitar 3-4 orang kali ya. Seorang Jamaah tersebut sering melihat kebelakang secara terus menerus mengamati jamaah lain yang sedang melakukan wirid. saya juga bingung, kenapa bapak ini melihat kebelakang terlalu sering (benar-benar mengganggu kekhusukan saya dalam berdoa setelah sholat, astagfirullah hal adzim). Ternyata, pandangan tersebut mengarah kepada anak-anak kecil yang sedang berbicara di dua shaf belakang saya agak bergeser ke sebelah kanan saya. Satu Orang tua itu, yang tiba-tiba berdiri menuju ke anak-anak tersebut dan memarahi mereka yang sedang berbicara padahal  menurut pendapat saya, mereka tidak berkata dengan suara yang keras dan tidak mengganggu jamaah yang lain. Seorang jamah tersebut dengan suara yang agak tinggi (yang membuat saya dan yang lainnya terkejut) dan langsung memarahi para anak kecil yang lucu-lucu itu dengan kata-kata yang kurang mendidik.
Pada waktu yang bersamaan, di dalam hati dan pikiran saya agak terganggu dan terbesit sebuah pemikiran “Begini nggih Pak, untuk apa juga marah-marah. Terlebih dengan suara yang membuat saya dan orang lain yang masih beribadah di dalam masjid agak terganggu. Namanya juga anak-anak, jika saya berada dalam sudut pandang anda, maka saya akan mengingatkan dan memberi tahu dengan cara yang lebih halus tentunya dengan pendekatan yang lebih humanis dan bahkan orang-orang sekitar dapat memaklumi perbuatan anak-anak yang berbicara dengan tidak terlalu keras tersebut. Mereka(anak-anak), maaf belum mengerti banyak hal yang sudah dimengerti oleh anda wahai Kaum Tua. Mereka lebih butuh banyak pelajaran manusiawi dan senyuman bukan kemarahan yang saya rasa malah menyebabkan ketakutan, lebih parah nya menyebabkan mereka tidak suka lagi datang untuk sholat berjamaah di dalam masjid lagi. Alhasil, mereka malah sering saya temui berada 15 m dari masjid sedang bermain dengan teman-teman nya yang lain tapi memakai sarung(sering saya lihat waktu berjalan menuju masjid). Mungkin hal ini banyak kita jumpai di daerah-daerah hampir setiap masjid di Indonesia.

Mungkin beginilah ya, beberapa cara mendidik anak yang ada di negara kita. Masih ada beberapa orang tua lebih cenderung memarahi anak-anak, mengancam mereka yang nota bene masih belum cukup umur dan ilmu. Proses pendidikan seperti itu tidak lah menarik, hanya membuat anak-anak takut sementara, lalu berpindah tempat di luar dengan suara-suara yang bahkan lebih keras dari pada di dalam masjid. Begitulah anak kecil, secara manusiawi lebih suka bermain, berbicara, tertawa dan bergurau. Mereka sebagai asset penerus bangsa, terlebih nantinya mereka adalah raja di negara ini suatu saat nanti. Karena salah satu nya, mereka adalah generasi-generasi yang akan meneruskan orang-orang tua yang berada di dalam masjid tersebut. Sudah mau berangkat ke masjid yang mungkin berasal dari paksaan orang tua itu merupakan sebuah apresiasi tersendiri bagi mereka. Pantas jika saya melihat hampir hanya orang-orang tua saja yang menjadi jamaah di dalam masjid tersebut karena anak-anak lebih suka bermain di luar ketika orang-orang tua sedang sholat. Waktu sholat telah selesai, mereka(anak-anak) pun bergegas pulang menuju rumah…
Saya rasa, Jaman  sekarang berbeda dengan jaman keras bapak/saya dulu. Sekarang, kita mempunyai banyak cara yang lebih baik, bijaksana, benar dan tepat untuk memberi pengajaran dan saya yakin, seharusnya orang tua itu mempunyai banyak pengalaman dan kompetensi soal ini. Yang menjadi kendala adalah mungkin adalah emosi dan rasa tidak sabaran.Yach, mungkin rasa kesal dan sebal saya ini terlalu tinggi karena saya belum makan malam kali ya, Sebelum mengakhiri saya mau menyampaikan sedikit simpulan...

Akhir renungan tulisan malam ini,
Hal ini mengingatkan siapa saja termasuk diri saya sendiri. Kalau kita-kita ini sering melupakan Keragaman Sudut Pandang dalam bersikap dan memahami. Kita terlalu asyik dengan sudut pandang kita sendiri dan tidak peduli dengan bagaimana sudut pandang pihak lain. Salah satu contoh nya adalah Orang tua ini terlalu egois berbuat sekehendak diri nya sendiri. Silakan berprinsip tetapi pahami terlebih dulu sudut pandang lain sebelum kita bersikap karena itu akan membuat kita lebih bijak. Mohon maaf kalau ada salah-salah kata yang menyinggung dan kurang berkenan di dalam tulisan ini, :)
Mari sama-sama berbenah diri

Related Post:

Widget by [ Iptek-4u ]

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Iptek-4u - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons